Belajar Dari Daun
“Sebenarnya penjelasan yang lebih baik adalah karena aku sering kali berubah pikiran. Semuanya menjadi absurd. Bukan ragu-ragu atau plintat-plintut, tetapi karena memang itulah tabiat burukku sekarang, berbagai paradoks itu. Bilang iya tetapi tidak. Bilang tidak, tetapi iya. Terkadang iya dan tidak sudah tidak jelas lagi perbedaannya.”
― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Manusia sebagai mahkluk sosial, tentunya dalam kehidupan sehari-hari akan saling berinteraksi dengan manusia lainnya.Ada kalanya kita sebagai manusia membutuhkan orang lain untuk mendengar apa yang kita keluhkan, merasakan.. apa yang kita alami. Tapi bagaimana jika apa yang kita ceritakan ternyata tidak dipahami oleh mereka yang mendengarkan? singkat saja jawabannya (ga usah curhat) titik! haha, iya kan? daripada di terusin cerita jadi masalah. udah deh simpen aja keluh kesahnya..
ehem.. maaf langsung lanjut saja ya..
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
Daun Kering Ini Tak Akan Pernah Membenci Anginnya
Daun daun kering yang jatuh ke tanah tentu tidak akan menarik perhatian kita yang berjalan di dekat pohon yang menggugurkannya.Sebab memang secara lahiriah tidak ada yang ada istimewa untuk dilihat.
1. Daun daun kering yang jatuh dan sengaja digugurkan oleh sang pohon , adalah pertanda bahwa sang pohon sedang melakukan proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan yang tiba tiba tidak banyak.menyediakan air baginya.Ini dilakukannya sepanjang masa kemarau sampai datang musim hujan.
Dalam situasi kehidupan kita yang semakin berat bisakah kita mampu melepaskan segala sesuatu yang bisa menolong kita dari penguapan (pemborosan) sumberdaya yang kita miliki.Sebab dengan cara itu kita akan sanggup melewati masa masa berat dalam hidup.
Dalam badai kesulitan hidup.yang begitu kuat menghantam kita, mungkin kita terpaksa kehilangan harta , kolega bahkan berpisah dari keluarga, tetapi kita harus tetap mempertahankan iman , cara berpikir dan bersikap positif serta seluruh karakter mulya kita agar tetap bisa bertahan hidup , bahkan sanggup tetap berprestasi.
sumber (www.masulum.com)
2.Daun tidak pernah berusaha melepas kan diri dari ranting (Kita tidak mungkin membebaskan diri dari masalah, karena masalah adalah penghormatan kepada kita)
3.Daun yang seperti diam tapi punya stomata dan akan selalu menurut dengan arah angin
4.Daun itu dapur nya tumbuhan
5.walaupun daun telah berpisah dengan ranting nya tapi daun tetap bisa memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar nya.Daun selagi hijau bermanfaat bagi yang hidup dan sudah rontok ketanah juga masih bermanfaat untuk kehidupan
sumber (heticutnstick.com)
Tanpa Suara - Belajar Dari Kehidupan Daun Yang Jatuh Ke Tanah
Waktu pagi tadi, saat saya melihat tanaman di sekitar kosan sehabis ditimpa hujan kemarin malam ,terlihat masih ada tetes air yang melekat pada daun yang telah lama tidak terkena air hujan.Sehelai daun adalah organ penting sebuah tumbuhan. Daun mampu memenuhi kebutuhan energi dirinya, menjadi dapur makanan bagi sebuah pohon tempatnya tertancap, dan mampu memberikan kesejukan bagi udara disekitarnya. Daun mampu melakukan semua itu secara kodrati.
Daun mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam sekitarnya. Saat musim kering, daun rela menggugurkan diri untuk menjaga air tanah tidak menguap sehingga tanaman tetap hidup. Pada daerah padang pasir, daun berbentuk ramping dan memiliki lapisan kutikula yang tebal sehingga air dalam sel-selnya tidak mudah menguap.
sehelai daun mampu mengubah keburukan menjadi kebaikan. Pada siang hari, zat asam arang CO2 yang ada di udara diserapnya. CO2 digunakan oleh daun untuk proses 'memasak' yang dikenal sebagai proses fotosintesis. Keluarannya akan terdapat dua zat bermanfaat, yaitu energi (zat gula) dan oksigen O2. Banyaknya oksigen yang dikeluarkan daun inilah yang menjadikan udara di sekitar daun pada siang hari menjadi terasa sejuk.
Kehidupan itu harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup itu harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup itu harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan, serupa dengan fungsi helai-helai daun yang memiliki dan mempunyai sesuatu, hingga pada akhirnya ia harus gugur dan jatuh ke tanah, lepas dari batang pohon yang kokoh sekalipun. Melayang mengikuti angin sebagai takdirnya. Entah ia jatuh pada tanah gersang, tanah subur, tanah berbatu, atau di atas jalanan, hingga ia langsung terlindas kendaraan-kendaraan yang lewat. Entah ia jatuh di atas permukaan air yang menghanyutkannya dan entah sampai kapan ia harus terhanyut. Semuanya entah, hingga mentari tidak bisa lagi membantunya membentuk klorofil-klorofil bagi daun-daun gugur itu.
Demikianlah filosofi daun. Daun itu hijau, indah, menghidupi dan menyegarkan. Dengan sifat-sifatnya yang berperan besar dalam penyelamatan bumi, maka berbagai upaya penyelamatan bumi disebut sebagai aktivitas hijau. Semakin banyak daun tumbuh, semakin hijau bumi dibuatnya, semakin nyaman bumi untuk ditinggali. Yang perlu diingat, bumi ini bukan warisan, melainkan kita meminjamnya dari anak-cucu dan penerusnya. Karena alasan itu, tentunya kita harus mengembalikan dalam kondisi sebaik mungkin pada saatnya kelak mereka hadir di bumi.
Dari http://www.kaskus.co.id/post/55462451902cfeae338b456a#post55462451902cfeae338b456a